MUSI RAWAS - Serangkaian kegiatan normalisasi sungai yang sejatinya bertujuan untuk memperbaiki, mengembalikan, dan meningkatkan kapasitas alami sungai demi kelancaran aliran air dan pencegahan banjir, kini disorot tajam di Kabupaten Musi Rawas. Proyek vital Pengendalian Banjir Sungai Kungku di Kecamatan Sukakarya yang mencakup pengerukan sedimen, pelebaran, pendalaman, dan perkuatan tebing, diduga kuat dilaksanakan dengan hasil yang jauh dari maksimal, menimbulkan kekhawatiran baru di kalangan masyarakat.
Normalisasi yang ditujukan sebagai solusi permanen untuk mengatasi banjir dan membuka akses Desa Rantau Alih yang selama ini terputus saat air meluap, kini dipertanyakan kualitasnya. Pantauan di lapangan menunjukkan indikasi pekerjaan yang "kurang maksimal". Material pengerukan tanah di pinggir sungai terlihat tidak dipadatkan dengan baik. Kondisi ini dikhawatirkan akan memicu erosi tebing baru atau bahkan kembali menimbun badan sungai saat hujan deras.
Kekhawatiran Warga: "Separuh Saja Gak Sampai dari Badan Sungai"
Seorang warga Desa Rantau Alih yang enggan disebut namanya mengungkapkan keresahan mereka. "Kami selaku masyarakat meminta tolong kepada pihak Dinas terkait Pemerintah Kabupaten Musi Rawas untuk mengontrol berjalannya proyek tersebut, karena kami lihat pekerjaan tersebut separuh saja gak sampai dari badan sungai," ujarnya dengan nada penuh harap. "Kami berharap di dalam kegiatan ini supaya tidak banjir lagi." Pernyataan warga ini mengisyaratkan bahwa area pengerukan dan pendalaman sungai tidak mencakup seluruh badan sungai sesuai kebutuhan normalisasi, meragukan efektivitas proyek dalam jangka panjang.
Pemborong "Bungkam" Arahkan ke Dinas
Upaya konfirmasi dan penggalian data teknis terkait proyek ini pun menemui jalan buntu. Saat diwawancarai awak media, pemborong berinisial 'R' memilih untuk tidak memberikan detail.
Awak media melayangkan pertanyaan mendasar: "Berapa kilo, Pak, normalisasi pada proyek kita?"
Pemborong 'R' menjawab singkat: "Langsung ke dinas bae Pak Dedi. Aku sekarang lagi dak pegang RAB. Biar wong dinas yang jelaskan sama kamu."
Ketika didesak kembali mengenai peranannya sebagai pelaksana dan detail teknis seperti panjang, kedalaman, dan cakupan (kiri-kanan sungai), pemborong tersebut kembali berkelit.
"Kan sudah ku omong, Pak, aku lagi dak pegang gambar. Silakan hubungi Dinas PUCK. Idak segalo hal aku ingat, Pak," tukasnya.
Sikap pemborong yang terkesan menutup diri dan melempar tanggung jawab informasi teknis kepada dinas terkait menimbulkan pertanyaan besar mengenai transparansi dan pengawasan di lapangan. Mengingat vitalnya proyek ini bagi keselamatan dan aksesibilitas warga, publik menanti penjelasan transparan dari Dinas terkait Pemerintah Kabupaten Musi Rawas mengenai spesifikasi teknis proyek, dugaan kurangnya pemadatan tanah, serta tindak lanjut atas keluhan warga yang menyebut pekerjaan hanya "separuh hati". Normalisasi Sungai Kungku harus benar-benar maksimal, bukan hanya sekedar proyek yang terpotret selesai di atas kertas.(Red)